Banda Aceh kota Madani - Banda Aceh adalah kota yang sangat indah
dengan nuansa kota Banda aceh yang madani, letak geografisnya pun sungguhlah stretegis
dengan tata ruang kota yang begitu menawan. dan banyak pula terdapat tempat
wisata disana,sehingga kota ini di di berinama sebagai negeri visit year ( kota
madani visit year).
Sejak diresmikan visit
year banyaknya wisatawan Lokal maupun Internasioanl berkedatangan ke kota Banda
Aceh, sehingga kota ini banyak di juluki oleh orang-orang sebagai kota “Madani” ,ada pula orang mengatakan bahwa “kota
ini dijuliki sebagai kota madani dikerenakan
keindahan kota yang laur biasa, kehidupan masyarakat selalu
berdampinggan,tempat wisata yang begitu
memukau dan wilayahnya pun sungguh stretegis dan asri”.
Setiap orang yang
berwisata ke negeri madani ini tetntunya mereka akan mengunjungi tempat wisata
yang ada di kota Banda Aceh,diantaranya:
1. Meseum Tsunami
Di mana
meseum ini terdapat banyak sejarah tentang tsunami yang di perlihatkan di dalam
gedung itu, sehingga ketika kita masuk ke dalam gedung yang sangat indah
sruktur arsitektur dan di hiasi kolam ikan yang begitu menawan, sambil diri
kita membanyangkan betapa dahsyatnya gelombang tsunami tersebut. Hampir setiap
harinya gedung ini di kunjungi oleh wisatanwan. Untuk memasuki gedung ini Cuma
megereh koceh sekitar Rp 1000 atau Rp 3000
saja.
2. Blang Padang
Blang Padang adalah sebuah tempat yang bisa di katakana sebagai surga padangnya rerumputan yang selau di jaga dan di rawat oleh masyarakat kota Banda Aceh Madani ini.
2. Blang Padang
Blang Padang adalah sebuah tempat yang bisa di katakana sebagai surga padangnya rerumputan yang selau di jaga dan di rawat oleh masyarakat kota Banda Aceh Madani ini.
Blang
padang ini berfunggsi untuk tempat rekreasi keluarga (tempat olahraga), tempat
upacra bendera tujuh belasan, dan tempat kegiatan penting lainnya. Di blang
padang ini terdapat sebuah pesawat slawah, kata orang-orang sih “punya” asli
orang aceh di mana kronologi cerita sejarahnya yaitu;
Berikut beberapa hasil penelitian
dari masyarakat setempat tentang kronologis Pesawat Selawah yang ada di Blang
Padang :
Ø Berasal dari penelitian wawancra dengan salah satu alumni lulusan sejarawan unsyiah:
“ Pesawat Selawah merupakan suatu saksi bisu kesetian masyarakat Aceh kepada negara Indonesia pada saat pemerintahan Soekarno. Masyarakat Aceh membeli pesawat ini dengan cara menyumbangkan uang mereka kepada Negara untuk membeli pesawat tersebut,dan akhirnya jasad pesawat tersebut di kembalikan kepada rakyat Aceh guna untuk Mengingat kembali jasa masyrakat Aceh, sehingga pasawat tersebut di abadikan di Blang Padang ini.
Ø Berasal dari penelitian wawancra dengan salah satu tokoh masyrakat:
“ Pesawat ini berasal dari hasil sumbangan dana masyarakat Aceh pada masa pemerintahan soekarno yang tujuan untuk sarana tranportasi udara pada masa itu,mesin pesawatnya pun sekarang tidak ada lagi hanya yang tersisa jasad atau badan kapalnya saja, pesawaat selawah ini di abadikan oleh pemerintah RI saat itu bertujuan sebagai monumen yang di Blang Padang dan berfungsi untuk tanda terimakasih dari pemerintahan RI dan sebagai peringatan dari masyrakat Aceh”.
3. Pasar Atjeh
Pasar Atjeh adalah pasar tradisional orang Aceh, dimana pasar ini di fungsikan untuk keperluan berbelanja masyrakat Acah dan wisatawan, tetapi ketika dilihat-lihat dan dipandang dengan detilnya pasar ini tidak mirip dengan pasar tradisinol melainkan seperti pasar modern”berdasarkan struktur arsitektur pasar dan kondisi di dalam pasar “berdasarkan hasil surve 16 agustus 2014 dan photo”.
4. Taman Kota
Ø Berasal dari penelitian wawancra dengan salah satu alumni lulusan sejarawan unsyiah:
“ Pesawat Selawah merupakan suatu saksi bisu kesetian masyarakat Aceh kepada negara Indonesia pada saat pemerintahan Soekarno. Masyarakat Aceh membeli pesawat ini dengan cara menyumbangkan uang mereka kepada Negara untuk membeli pesawat tersebut,dan akhirnya jasad pesawat tersebut di kembalikan kepada rakyat Aceh guna untuk Mengingat kembali jasa masyrakat Aceh, sehingga pasawat tersebut di abadikan di Blang Padang ini.
Ø Berasal dari penelitian wawancra dengan salah satu tokoh masyrakat:
“ Pesawat ini berasal dari hasil sumbangan dana masyarakat Aceh pada masa pemerintahan soekarno yang tujuan untuk sarana tranportasi udara pada masa itu,mesin pesawatnya pun sekarang tidak ada lagi hanya yang tersisa jasad atau badan kapalnya saja, pesawaat selawah ini di abadikan oleh pemerintah RI saat itu bertujuan sebagai monumen yang di Blang Padang dan berfungsi untuk tanda terimakasih dari pemerintahan RI dan sebagai peringatan dari masyrakat Aceh”.
3. Pasar Atjeh
Pasar Atjeh adalah pasar tradisional orang Aceh, dimana pasar ini di fungsikan untuk keperluan berbelanja masyrakat Acah dan wisatawan, tetapi ketika dilihat-lihat dan dipandang dengan detilnya pasar ini tidak mirip dengan pasar tradisinol melainkan seperti pasar modern”berdasarkan struktur arsitektur pasar dan kondisi di dalam pasar “berdasarkan hasil surve 16 agustus 2014 dan photo”.
4. Taman Kota
Disini
pula banyak terdapat tanaman yang di Tanami oleh para pejabat tinggi, contohnya
para menteri dan lainnya untuk memasuki taman ini Cuma megereh koceh sekitar Rp
1000 atau Rp 3000-an saja.
5. Kapal PLTD Terapung
Konon kapal ini miliknya PLTD(PLN) yanga mengapung di tengah lautan namun sekarang kapal ini berada di punge blang cut.
Konon kapal ini miliknya PLTD(PLN) yanga mengapung di tengah lautan namun sekarang kapal ini berada di punge blang cut.
Kapal
PLTD terapung ini merupakan saksi bisu dahsyatnya gelombang tsunami pada
tanggal 24 Desember 2014 yang lalu. Berikut ini sajarah PLTD terapung dari salah 1 blogger:
ü Sejarah PLTD APUNG 1 Dan Fungsinya Hingga Hari Ini :
Gempa bumi dan tsunami menghancurkan kondisi pesisir di wilayah Aceh dan Nias serta beberapa Negara tetangga lainnya. Gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 24 Desember 2004 awalnya membawa dampak yang sangat besar terhadap sosial, ekonomi-psikologis serta kondisi fisik wilayah Aceh. Pembangunan Aceh yang sangat pesat difasilitasi oleh BRR dan dengan bantuan NGO-NGO internasional. Bantuan yang diberikan tidak terbatas pada pembangunan kondisi fisik rumah, jalan, jembatan, serta sarana publik lainnya yang dianggap penting untuk keberlanjutan masyarakat Aceh pasca tsunami.
Gempa bumi dan tsunami memberikan kemajuan serta kemakmuran kepada masyarakat yang selamat dari gelombang besar yang menenggelamkan harta dan benda serta anggota keluarga lainnya. Masyarakat korban tsunami yang selamat mendapatkan bantuan dari para NGO dan BRR mulai dari sarana kebutuhan primer, sembako, pembangunan barak pengungsian, rumah, pembangunan sarana air, sarana kesehatan, sarana olah raga, bangunan pertemuan, gedung pemerintahan, pelatihan usaha, bantuan modal, hingga bagaimana keberlanjutan kehidupan selanjutnya masih mendapatkan perhatian yang layak dari para NGO dan sepeninggalan BRR di bulan April 2009.
Pembangunan pengenangan musibah besar tersebut juga mendapatkan bantuan seperti pembangunan museum tsunami yang dibangun di sebelah barat simpang Jam sebelum makam penjajah Belanda. Pembangunan tugu peringatan tsunami di beberapa daerah dan titik-titik capaian gelombang tsunami di daratan, serta pembangunan kawasan wisata tsunami berlokasi di Kelurahan Punge Blang Cut. Di kelurahan ini dibangun kawasan wisata yang bertajuk kawasan edukasi tsunami yang bersebelahan dengan lokasi terdamparnya Kapal PLTD Apung I.
Kapal PLTD Apung I adalah salah satu kapal yang terhempas sejauh lebih kurang 5 km dari kawasan pelabuhan Ulee-lheu hingga sampai ke Kelurahan Punge Blang Cut. Kapal PLTD Apung I mempunyai berat 3.600 Ton terhempas berkeliling mengikuti arah ombak tsunami dan akhirnya terdampar di sebelah Masjid Subulussalam Kelurahan Punge Blang Cut Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh. Menurut warga sekitar terdamparnya Kapal Apung I tersebut juga berdampak pada kerusakan rumah-rumah disekitarnya sebagai akibat benturan dan tertabrak hempasan jangkar kapal yang menyapu hampir semua jalan yang dilaluinya. Kapal PLTD Apung I berbadan besi dan memiliki 3 lantai yang masing-masing lantainya dimaksimalkan untuk penyediaan mesin pembangkit listrik berbahan bakar solar dengan bantuan air laut sebagai pendingin dan peredam getaran jika mesin-mesin tersebut difungsikan secara maksimal. Kapal PLTD Apung I menyediakan listrik untuk masyarakat Nangroh Aceh Darusalam (NAD).
Kapal PLTD Apung I sudah lima tahun (2004-2009) terdampar dan menjadi salah satu keajaiban tsunami di Aceh. Kapal PLTD Apung I memberikan peluang usaha dan menjadi peluang masyarakat sekitarnya untuk dapat melakukan pengelolaan kawasan wisata PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami. Selama lima tahun pula, penjagaan dan pengelolaan Kapal PLTD Apung I dilakukan oleh Pemuda Punge Blang Cut. Mereka merasa perlu untuk melakukan pengelolaan kawasan wisata tersebut sebagai usaha untuk memberikan sumbangan dan berkarya meningkatkan kreativitas pengelolaan kawasan wisata berbasis kepada kekuatan sendiri.
Pemuda Punge Blang Cut (Pemuda PBC) memberikan perhatian terhadap kawasan wisata tersebut dengan cara bergotong royong dan kelompok. Pengelolaan dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang bertugas dan mempunyai jadwal piket di setiap harinya. Pengelolaan kawasan wisata PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami tidak seperti pengelolaan kawasan wisata lainnya, yang memerlukan biaya masuk dengan tarif tertentu yang telah ditentukan sebagai biaya operasional dan sebagai sarana pencari keuntungan perusahaan pengelola kawasan wisata. Pengelolaan kawasan wisata kawasan PLTD Apung I dilakukan tanpa pungutan biaya bagi para pengunjungnya. Para pengunjung biasanya memberikan uang secara sukarela yang dimasukkan ke dalam kotak khusus untuk menampung peranserta pengunjung kepada kepedulian Pemuda Punge Blang Cut (Pemuda PBC) yang setiap harinya menyediakan tenaganya secara bergantian untuk menjaga dan mengawasi pengunjung baik untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan atau untuk alasan keamanan dari pengunjung lainnya yang tidak bertanggung jawab. Pemuda PBC secara tidak langsung – untuk saat ini – menjadi penitia besar pengelola kawasan wisata Kapal PLTD Apung I secara mandiri tanpa bantuan Dinas Terkait baik dari Tingkat Kota Madya maupun dari Pemerintahan Propinsi.
Kepengurusan Pemuda PBC memberikan pelayanan kepada seluruh wisatawan atau pengunjung secara adil tanpa mempedulikan asal dan kewarganegaraan mereka. Pemuda PBC memberikan layanan berupa:
1) Pelayanan informasi wisata yang diberikan untuk menambah informasi tentang sejarah Kapal PLTD Apung I terutama bagi mereka yang tertarik terhadap kajian realita historis keberadaan kawasan wisata tersebut.
2) Layanan pendampingan wisata. Dalam hal ini mereka memberikan fasilitas pendapingan (guide) yang bebas dari biaya kecuali para pengunjung memberikan fee secara ikhlas kepada petugas yang sudah disediakan di Kantor Pemuda PBC. Kantor sekretariat Pemuda PBC terletak hanya 10 meter dari Kapal PLTD Apung I, tepatnya terletak di dalam kawasan wisata tersebut.
3) Layanan parkir yang luas. Layanan parkir disediakan di sebelah Kapal PLTD Apung. Penyediaan parkir merupakan salah satu kegiatan pemuda untuk memberikan keamanan terhadap kendaraan-kendaraan pengunjung. Panitia juga mengharapkan bahwa kunjungan yang dilakukan dapat menjadi maksimal dengan menikmati seluruh sudut dan lokasi wisata tanpa lagi memikirkan keamanan kendaraan yang dibawanya. Panitia mengumpulkan balas jasa parkir setiap hari untuk dikumpulkan sebagai uang kas Pemuda PBC.
4) Layanan penyediaan souvenir. Layanan ini diberikan dengan menyediakan kios-kios kecil yang berisi barang-barang yang berkaitan dengan PLTD Apung I dan barang-barang khas Aceh sebagai oleh-oleh. Barang-barang bisa didapat dengan memberikan uang sesuai dengan harga yang ditentukan sebagai biaya ganti pembelian di tempat produksinya. Kios-kios tersebut disediakan secara mandiri oleh pemuda untuk memberikan kemudahan pengunjung memperoleh barang-barang sebagai kenang-kenangan kunjungan wisata di kawasan wisata tersebut.
5) Layanan dunia maya juga disediakan dalam rangka mensosialisasikan potensi dan dinamika kawasan wisata Kapal PLTD Apung I. Layanan dunia maya dapat diakses melalui http://www.pemudapungeblangcut.multiply.com/ yang dibuat sebagai bentuk eksistensi Pemuda PBC dalam rangka eksistensi kelembagaan dalan rangka penyiaran pengelolaan Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I dan Taman Education Tsunami serta memfasilitasi para pihak dalam rangka terbentuknya karakter civil society masyarakat Aceh yang madani.
Gambar di atas Kapal PLTD APUNG
Pengelolaan Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I dilakukan melalui sistem kerja komunal dengan tugas yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk menggapai tujuan yang diinginkan. Adapun tujuan umum pengelolaan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I adalah untuk menjaga asset peninggalan dan keajaiban tsunami dalam bingkai pengelolaan berbasis masyarakat lokal yang mandiri. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
1) Menjaga kelestarian kekayaan dan keajaiban tsunami agar berlanjut sepanjang masa;
2) Memberikan pengelolaan yang maksimal dan pelayanan kepada pengunjung agar dapat menikmati keajaiban tsunami dengan lebih nyaman dan aman;
3) Memberdayakan potensi lokal masyarakat khususnya kepada pemuda PBC yang mempunyai kreativitas untuk memajukan potensi lokal yang ada di daerahnya;
4) Menunjukkan kepada para pihak bahwa pengelolaan mandiri kawasan wisata oleh masyarakat dapat terlaksana dengan baik dan berdaya guna untuk keberlanjutannya;
5) Secara teoritis menginisiasi praktek-praktek pengelolaan manajerial civil society yang nyata dan berkualitas.
Pencapaian tujuan di atas dilaksanakan melalui kerja keras dengan konsolidasi yang melibatkan peran-peran kekuatan para pihak, yaitu:
Pertama, Elit pemuda Punge Blang Cut. Kerja keras elit pemuda yang secara kasat mata memang tidak kentara di hadapan anggotanya. Pada tingkat elit, relasi dan kerja-kerja penguatan kelembagaan Kepemudaan Punge Blang Cut dilakukan melalui relasi-relasi dan koordinasi dengan para pihak yang secara umum berkaitan dengan pengelolaan wisata Kapal PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami. Kegiatan yang dilakukan antara lain: berkonsolidasi dengan donor, penyumbang dana, sponsor, Pemerintah Provinsi dan Kota, Dinas Pariwisata Propinsi dan Kota, NGO’s dan Pemerintah dan Tokoh Masyarakat setempat.
Kedua, Peran pengurus kelembagaan Pemuda Punge Blang Cut. Solidaritas pengurus dan sifat volunteerisme (kerelawanan) pengurus pemuda merupakan salah satu faktor kekuatan yang sangat efektif dan keberlanjutan pengelolaan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I yang sampai saat ini (30 April 2009). Perang utama yang dilakukan yaitu melakukan konsolidasi kekuatan anggotanya untuk tetap menjaga energi dan tetap terus menumbuhkan sinergi kebersamaan dan melakukan tugas-tugas kepengurusan dengan penuh tanggung jawab dan rasa sukarela yang tinggi.
Ketiga, Peran masyarakat. Masyarakat di Kelurahan Punge Blang Cut secara tidak langsung memberikan dukungan terhadap pengelolaan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I oleh Pemuda PBC. Dukungan yang diberikan berupa partisipasi dalam kegiatan dan dukungan gagasan serta nasehat-nasehat yang positif untuk selalu menggunakan nilai-nilai dan budaya lokal Aceh sebagai batasan kegiatan dan alat kontrol pergaulan bermasyarakat sebagai potensi budaya dan wisata masyarakat Aceh yang tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya di Indonesia. Kekuatan-kekuatan seperti ini-lah biasanya wisatawan menjadi tertarik untuk kembali datang berkunjung dan akan mengabarkan kepada masyarakat lainnya di dunia untuk diajak datang dan berkunjung menikmati kekayaan dan keramahan budaya Aceh khususnya di kawasan wisatan Kapal PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami.
Keempat, Peran Pemerintahan lokal. Pemerintahan Kelurahan Punge Blang Cut sebagai pemerintahan lokal terbawah di Nangroh Aceh Darusalam yang menaungi wilayah tersebut telah memberikan peran yang penting terhadap dukungan pengurusan Pemuda Punge Blang Cut dalam pengurusan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I oleh Pemuda PBC. Beberapa peran penting yang konkrit yaitu 1) memberikan perijinan kegiatan dan aktifitas yang kreatif untuk menghidupkan pengelolaan kawasan wisata di sekitar Kapal PLTD Apung I; 2) turut berpartisipasi secara langsung dalam kegaitan yang dilaksanakan Pemuda PBC; 3) turut berpihak untuk Pemuda PBC ketika berhadapan dengan pemerintahan dan pihak ketiga dalam kaitannya dengan issue-issue kawasan wisatan sekitar Kapal PLTD Apung I.
Kelima, Peran jaringan kerja pihak ketiga. Inisiasi Pemuda PBC untuk mengadakan koordinasi dengan pihak ketiga memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi terhadap gagasan-gagasan ideal untuk mewujudkan kehendak untuk terus berkembang dalam pengelolaan Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I yang berbasis komunitas lokal secara komunal dan mandiri. Beberapa kegiatan yang melibatkan pihak ketiga yaitu: Edutainment dan Pameran dalam rangka memperingati 17 Agustus 1945, pada tanggal 22-23 Agustus 2008 yang berkerjasama dengan International Organization of Migration (IOM) Banda Aceh; Kegiatan Pentas Seni Aneuk Gampong selama 2 bulan berturut-turut yang dilaksanakan setiap minggu ketiga pada bulan Februari dan Maret 2009, yang berkerjasama dengan Sanggar Tari Humaira, Extrajoss, International Organization of Migration (IOM) Banda Aceh.
Potensi Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I mempunyai peluang besar menjadi kawasan wisata yang berbasis masyarakat lokal dalam pengelolaannya. Hal ini sudah dapat dibuktikan secara nyata bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh Pemuda PBC secara mandiri dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengelola asset wisata dengan peluang-peluang yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dapat mengembangkan dan mendukung kreativitas gagasan wisata komunal.
Dan masih banyak lagi tempat wisatan di Badan Aceh yang tidak sanggup untuk untuk di peperkan lebih detail lagi, jakalau anda ingin menegtahui lebih lanjutnya lagi silahkan datang langsung ke kota Banda Aceh, pokoknya tidak akan nyesal untuk anda para pengunjung yang mau berwisata ke “Banda Aceh Kota Madani” .
Selain tempat wisata di banda aceh ini juga terdapat sebuah balai yang di berinama balai kota dengan penjelasannya sebagai berikut:
Balai Kota Banda Aceh merupakan bangunan administratif utama bagi pemerintahan dan pusat pelayanan publik pemerintahan Kota Banda Aceh. Gedung yang terletak dekat dengan Taman Sari dan Mesjid Raya Baiturrahman ini (Jl. Tgk. Abu Lam U No. 7, koordinat 5° 33′ 0.42″ N 95° 19′ 9.22″ E), yang baru dibangun atas bantuan BRR NAD-Nias pasca tsunami itu, diresmikan oleh Menpan EE Mangindaan pada Senin 6/12/2010.
ü Sejarah PLTD APUNG 1 Dan Fungsinya Hingga Hari Ini :
Gempa bumi dan tsunami menghancurkan kondisi pesisir di wilayah Aceh dan Nias serta beberapa Negara tetangga lainnya. Gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 24 Desember 2004 awalnya membawa dampak yang sangat besar terhadap sosial, ekonomi-psikologis serta kondisi fisik wilayah Aceh. Pembangunan Aceh yang sangat pesat difasilitasi oleh BRR dan dengan bantuan NGO-NGO internasional. Bantuan yang diberikan tidak terbatas pada pembangunan kondisi fisik rumah, jalan, jembatan, serta sarana publik lainnya yang dianggap penting untuk keberlanjutan masyarakat Aceh pasca tsunami.
Gempa bumi dan tsunami memberikan kemajuan serta kemakmuran kepada masyarakat yang selamat dari gelombang besar yang menenggelamkan harta dan benda serta anggota keluarga lainnya. Masyarakat korban tsunami yang selamat mendapatkan bantuan dari para NGO dan BRR mulai dari sarana kebutuhan primer, sembako, pembangunan barak pengungsian, rumah, pembangunan sarana air, sarana kesehatan, sarana olah raga, bangunan pertemuan, gedung pemerintahan, pelatihan usaha, bantuan modal, hingga bagaimana keberlanjutan kehidupan selanjutnya masih mendapatkan perhatian yang layak dari para NGO dan sepeninggalan BRR di bulan April 2009.
Pembangunan pengenangan musibah besar tersebut juga mendapatkan bantuan seperti pembangunan museum tsunami yang dibangun di sebelah barat simpang Jam sebelum makam penjajah Belanda. Pembangunan tugu peringatan tsunami di beberapa daerah dan titik-titik capaian gelombang tsunami di daratan, serta pembangunan kawasan wisata tsunami berlokasi di Kelurahan Punge Blang Cut. Di kelurahan ini dibangun kawasan wisata yang bertajuk kawasan edukasi tsunami yang bersebelahan dengan lokasi terdamparnya Kapal PLTD Apung I.
Kapal PLTD Apung I adalah salah satu kapal yang terhempas sejauh lebih kurang 5 km dari kawasan pelabuhan Ulee-lheu hingga sampai ke Kelurahan Punge Blang Cut. Kapal PLTD Apung I mempunyai berat 3.600 Ton terhempas berkeliling mengikuti arah ombak tsunami dan akhirnya terdampar di sebelah Masjid Subulussalam Kelurahan Punge Blang Cut Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh. Menurut warga sekitar terdamparnya Kapal Apung I tersebut juga berdampak pada kerusakan rumah-rumah disekitarnya sebagai akibat benturan dan tertabrak hempasan jangkar kapal yang menyapu hampir semua jalan yang dilaluinya. Kapal PLTD Apung I berbadan besi dan memiliki 3 lantai yang masing-masing lantainya dimaksimalkan untuk penyediaan mesin pembangkit listrik berbahan bakar solar dengan bantuan air laut sebagai pendingin dan peredam getaran jika mesin-mesin tersebut difungsikan secara maksimal. Kapal PLTD Apung I menyediakan listrik untuk masyarakat Nangroh Aceh Darusalam (NAD).
Kapal PLTD Apung I sudah lima tahun (2004-2009) terdampar dan menjadi salah satu keajaiban tsunami di Aceh. Kapal PLTD Apung I memberikan peluang usaha dan menjadi peluang masyarakat sekitarnya untuk dapat melakukan pengelolaan kawasan wisata PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami. Selama lima tahun pula, penjagaan dan pengelolaan Kapal PLTD Apung I dilakukan oleh Pemuda Punge Blang Cut. Mereka merasa perlu untuk melakukan pengelolaan kawasan wisata tersebut sebagai usaha untuk memberikan sumbangan dan berkarya meningkatkan kreativitas pengelolaan kawasan wisata berbasis kepada kekuatan sendiri.
Pemuda Punge Blang Cut (Pemuda PBC) memberikan perhatian terhadap kawasan wisata tersebut dengan cara bergotong royong dan kelompok. Pengelolaan dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang bertugas dan mempunyai jadwal piket di setiap harinya. Pengelolaan kawasan wisata PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami tidak seperti pengelolaan kawasan wisata lainnya, yang memerlukan biaya masuk dengan tarif tertentu yang telah ditentukan sebagai biaya operasional dan sebagai sarana pencari keuntungan perusahaan pengelola kawasan wisata. Pengelolaan kawasan wisata kawasan PLTD Apung I dilakukan tanpa pungutan biaya bagi para pengunjungnya. Para pengunjung biasanya memberikan uang secara sukarela yang dimasukkan ke dalam kotak khusus untuk menampung peranserta pengunjung kepada kepedulian Pemuda Punge Blang Cut (Pemuda PBC) yang setiap harinya menyediakan tenaganya secara bergantian untuk menjaga dan mengawasi pengunjung baik untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan atau untuk alasan keamanan dari pengunjung lainnya yang tidak bertanggung jawab. Pemuda PBC secara tidak langsung – untuk saat ini – menjadi penitia besar pengelola kawasan wisata Kapal PLTD Apung I secara mandiri tanpa bantuan Dinas Terkait baik dari Tingkat Kota Madya maupun dari Pemerintahan Propinsi.
Kepengurusan Pemuda PBC memberikan pelayanan kepada seluruh wisatawan atau pengunjung secara adil tanpa mempedulikan asal dan kewarganegaraan mereka. Pemuda PBC memberikan layanan berupa:
1) Pelayanan informasi wisata yang diberikan untuk menambah informasi tentang sejarah Kapal PLTD Apung I terutama bagi mereka yang tertarik terhadap kajian realita historis keberadaan kawasan wisata tersebut.
2) Layanan pendampingan wisata. Dalam hal ini mereka memberikan fasilitas pendapingan (guide) yang bebas dari biaya kecuali para pengunjung memberikan fee secara ikhlas kepada petugas yang sudah disediakan di Kantor Pemuda PBC. Kantor sekretariat Pemuda PBC terletak hanya 10 meter dari Kapal PLTD Apung I, tepatnya terletak di dalam kawasan wisata tersebut.
3) Layanan parkir yang luas. Layanan parkir disediakan di sebelah Kapal PLTD Apung. Penyediaan parkir merupakan salah satu kegiatan pemuda untuk memberikan keamanan terhadap kendaraan-kendaraan pengunjung. Panitia juga mengharapkan bahwa kunjungan yang dilakukan dapat menjadi maksimal dengan menikmati seluruh sudut dan lokasi wisata tanpa lagi memikirkan keamanan kendaraan yang dibawanya. Panitia mengumpulkan balas jasa parkir setiap hari untuk dikumpulkan sebagai uang kas Pemuda PBC.
4) Layanan penyediaan souvenir. Layanan ini diberikan dengan menyediakan kios-kios kecil yang berisi barang-barang yang berkaitan dengan PLTD Apung I dan barang-barang khas Aceh sebagai oleh-oleh. Barang-barang bisa didapat dengan memberikan uang sesuai dengan harga yang ditentukan sebagai biaya ganti pembelian di tempat produksinya. Kios-kios tersebut disediakan secara mandiri oleh pemuda untuk memberikan kemudahan pengunjung memperoleh barang-barang sebagai kenang-kenangan kunjungan wisata di kawasan wisata tersebut.
5) Layanan dunia maya juga disediakan dalam rangka mensosialisasikan potensi dan dinamika kawasan wisata Kapal PLTD Apung I. Layanan dunia maya dapat diakses melalui http://www.pemudapungeblangcut.multiply.com/ yang dibuat sebagai bentuk eksistensi Pemuda PBC dalam rangka eksistensi kelembagaan dalan rangka penyiaran pengelolaan Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I dan Taman Education Tsunami serta memfasilitasi para pihak dalam rangka terbentuknya karakter civil society masyarakat Aceh yang madani.
Gambar di atas Kapal PLTD APUNG
Pengelolaan Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I dilakukan melalui sistem kerja komunal dengan tugas yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk menggapai tujuan yang diinginkan. Adapun tujuan umum pengelolaan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I adalah untuk menjaga asset peninggalan dan keajaiban tsunami dalam bingkai pengelolaan berbasis masyarakat lokal yang mandiri. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
1) Menjaga kelestarian kekayaan dan keajaiban tsunami agar berlanjut sepanjang masa;
2) Memberikan pengelolaan yang maksimal dan pelayanan kepada pengunjung agar dapat menikmati keajaiban tsunami dengan lebih nyaman dan aman;
3) Memberdayakan potensi lokal masyarakat khususnya kepada pemuda PBC yang mempunyai kreativitas untuk memajukan potensi lokal yang ada di daerahnya;
4) Menunjukkan kepada para pihak bahwa pengelolaan mandiri kawasan wisata oleh masyarakat dapat terlaksana dengan baik dan berdaya guna untuk keberlanjutannya;
5) Secara teoritis menginisiasi praktek-praktek pengelolaan manajerial civil society yang nyata dan berkualitas.
Pencapaian tujuan di atas dilaksanakan melalui kerja keras dengan konsolidasi yang melibatkan peran-peran kekuatan para pihak, yaitu:
Pertama, Elit pemuda Punge Blang Cut. Kerja keras elit pemuda yang secara kasat mata memang tidak kentara di hadapan anggotanya. Pada tingkat elit, relasi dan kerja-kerja penguatan kelembagaan Kepemudaan Punge Blang Cut dilakukan melalui relasi-relasi dan koordinasi dengan para pihak yang secara umum berkaitan dengan pengelolaan wisata Kapal PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami. Kegiatan yang dilakukan antara lain: berkonsolidasi dengan donor, penyumbang dana, sponsor, Pemerintah Provinsi dan Kota, Dinas Pariwisata Propinsi dan Kota, NGO’s dan Pemerintah dan Tokoh Masyarakat setempat.
Kedua, Peran pengurus kelembagaan Pemuda Punge Blang Cut. Solidaritas pengurus dan sifat volunteerisme (kerelawanan) pengurus pemuda merupakan salah satu faktor kekuatan yang sangat efektif dan keberlanjutan pengelolaan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I yang sampai saat ini (30 April 2009). Perang utama yang dilakukan yaitu melakukan konsolidasi kekuatan anggotanya untuk tetap menjaga energi dan tetap terus menumbuhkan sinergi kebersamaan dan melakukan tugas-tugas kepengurusan dengan penuh tanggung jawab dan rasa sukarela yang tinggi.
Ketiga, Peran masyarakat. Masyarakat di Kelurahan Punge Blang Cut secara tidak langsung memberikan dukungan terhadap pengelolaan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I oleh Pemuda PBC. Dukungan yang diberikan berupa partisipasi dalam kegiatan dan dukungan gagasan serta nasehat-nasehat yang positif untuk selalu menggunakan nilai-nilai dan budaya lokal Aceh sebagai batasan kegiatan dan alat kontrol pergaulan bermasyarakat sebagai potensi budaya dan wisata masyarakat Aceh yang tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya di Indonesia. Kekuatan-kekuatan seperti ini-lah biasanya wisatawan menjadi tertarik untuk kembali datang berkunjung dan akan mengabarkan kepada masyarakat lainnya di dunia untuk diajak datang dan berkunjung menikmati kekayaan dan keramahan budaya Aceh khususnya di kawasan wisatan Kapal PLTD Apung I dan Taman Edukasi Tsunami.
Keempat, Peran Pemerintahan lokal. Pemerintahan Kelurahan Punge Blang Cut sebagai pemerintahan lokal terbawah di Nangroh Aceh Darusalam yang menaungi wilayah tersebut telah memberikan peran yang penting terhadap dukungan pengurusan Pemuda Punge Blang Cut dalam pengurusan kawasan wisata Kapal PLTD Apung I oleh Pemuda PBC. Beberapa peran penting yang konkrit yaitu 1) memberikan perijinan kegiatan dan aktifitas yang kreatif untuk menghidupkan pengelolaan kawasan wisata di sekitar Kapal PLTD Apung I; 2) turut berpartisipasi secara langsung dalam kegaitan yang dilaksanakan Pemuda PBC; 3) turut berpihak untuk Pemuda PBC ketika berhadapan dengan pemerintahan dan pihak ketiga dalam kaitannya dengan issue-issue kawasan wisatan sekitar Kapal PLTD Apung I.
Kelima, Peran jaringan kerja pihak ketiga. Inisiasi Pemuda PBC untuk mengadakan koordinasi dengan pihak ketiga memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi terhadap gagasan-gagasan ideal untuk mewujudkan kehendak untuk terus berkembang dalam pengelolaan Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I yang berbasis komunitas lokal secara komunal dan mandiri. Beberapa kegiatan yang melibatkan pihak ketiga yaitu: Edutainment dan Pameran dalam rangka memperingati 17 Agustus 1945, pada tanggal 22-23 Agustus 2008 yang berkerjasama dengan International Organization of Migration (IOM) Banda Aceh; Kegiatan Pentas Seni Aneuk Gampong selama 2 bulan berturut-turut yang dilaksanakan setiap minggu ketiga pada bulan Februari dan Maret 2009, yang berkerjasama dengan Sanggar Tari Humaira, Extrajoss, International Organization of Migration (IOM) Banda Aceh.
Potensi Kawasan Wisata Kapal PLTD Apung I mempunyai peluang besar menjadi kawasan wisata yang berbasis masyarakat lokal dalam pengelolaannya. Hal ini sudah dapat dibuktikan secara nyata bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh Pemuda PBC secara mandiri dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengelola asset wisata dengan peluang-peluang yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dapat mengembangkan dan mendukung kreativitas gagasan wisata komunal.
Dan masih banyak lagi tempat wisatan di Badan Aceh yang tidak sanggup untuk untuk di peperkan lebih detail lagi, jakalau anda ingin menegtahui lebih lanjutnya lagi silahkan datang langsung ke kota Banda Aceh, pokoknya tidak akan nyesal untuk anda para pengunjung yang mau berwisata ke “Banda Aceh Kota Madani” .
Selain tempat wisata di banda aceh ini juga terdapat sebuah balai yang di berinama balai kota dengan penjelasannya sebagai berikut:
Balai Kota Banda Aceh merupakan bangunan administratif utama bagi pemerintahan dan pusat pelayanan publik pemerintahan Kota Banda Aceh. Gedung yang terletak dekat dengan Taman Sari dan Mesjid Raya Baiturrahman ini (Jl. Tgk. Abu Lam U No. 7, koordinat 5° 33′ 0.42″ N 95° 19′ 9.22″ E), yang baru dibangun atas bantuan BRR NAD-Nias pasca tsunami itu, diresmikan oleh Menpan EE Mangindaan pada Senin 6/12/2010.
Di
sinilah, Walikota Banda Aceh (periode 2012-2017) Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc
menjalankan fungsinya dibantu oleh Wakil Walikota Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal,
SE.
Dalam
kompleks Balaikota juga terdapat gedung Balaikota lama (kini digunakan oleh
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah/DPKAD dan sebagian Sekretariat
Daerah), Gedung DPRK, Aula Lama, Mushalla, Kantor Satpol PP dan WH, dan
Sekretariat TP. PKK Kota.
Balaikota banda aceh malam hari
Banda Aceh dengan letak geografis antara 050 16′ 15″ – 050 36′ 16″ Lintang Utara dan 950 16′ 15″ – 950 22′ 35″ Bujur Timur serta tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut mempunyai luas wilayah administratif sebesar 61.359 Ha (61, 36 Km2), terdiri dari 9 Kecamatan, 17 Mukim, 90 Gampong. (referensi dari buku dan blogger)
Inilah sebuah artikel yang dapat saya tulis. Harapan saya semoga Banda Aceh Kota Madani dan Aceh menjadi kota impian dan surganya negri dan bias di kembangkan lagi untuk kedepannya.
Bagaimana??
Anda Tertarik Untuk Datang Ke Banda Aceh kota
Madani???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar